Umat manusia sudah mengenal tulisan sejak ribuan tahun yang lalu. Hal tersebut dapat dilihat dari temuan-temuan arkeolog dari penggalian sisa-sisa peradaban kuno. Namun tidak seperti saat ini, pada saat itu tulisan belum ditulis di kertas ataupun buku. Sejarah buku yang panjang baru mulai terlihat terang saat cikal bakal kertas modern pertama kali ditemukan di Tiongkok sekitar tahun 200 SM.
Sejarah Singkat Ditemukannya Kertas
Sejarah perkembangan buku yang panjang tidak dapat dilepaskan dari penemuan kertas pada tahun 200an SM. Berdasarkan temuan arkeolog, dipercaya kertas pertama kali ditemukan di Tiongkok.
Ide membuat kertas pertama kali dicetuskan oleh petugas pengadilan bernama Tsai Lun. Akan tetapi, kertas yang ditemukan pada saat itu sangat berbeda dengan kertas yang dikenal masyarakat modern. Pada masa itu, kertas dibuat dari kulit kayu murbei, kain bekas, jaring ikan dan sisa-sisa rami.
Bahan-bahan tersebut direndam di dalam air dan dipukul-pukul hingga seratnya terlepas dan menjadi bubur. Bubur ini kemudian ditekan hingga tipis dan dijemur hingga kering. Sejak kertas ditemukan, perjalanan sejarah buku pun seakan bergerak lebih cepat.
Sejarah Perkembangan Kertas Hingga Menjadi Buku
Banyak yang meyakini bahwa awal mula kertas dan sejarah perkembangan buku dapat ditelusuri mulai dari masa Mesir kuno, tepatnya pada tahun 2400 SM. Pada saat itu, orang Mesir sudah mengenal tulisan dan biasa menuliskan catatan-catatan penting di atas kertas papirus.
Sebagai kertas pertama yang dikenal manusia, sejarah buku tidak dapat dilepaskan dari kertas papirus. Namun berbeda dengan buku yang kini dikenal, bentuk buku yang dikenal pada saat itu tidak berupa lembaran-lembaran yang disusun rapi. Bentuk buku pada masa Mesir kuno masih sangat sederhana, yakni berupa kertas papirus yang digulung.
Pada masa itu, gulungan kertas papirus bisa sangat panjang seiring dengan banyaknya catatan yang ditulis di dalamnya. Bahkan di British Museum di London, ada gulungan kertas papirus yang mencapai panjang 40,5 meter.
Bentuk gulungan yang sangat panjang sangat menyusahkan orang yang menulis dan membacanya. Karena itulah, tidak jarang gulungan papirus dipotong menjadi beberapa bagian agar lebih ringkas. Pada awal abad pertengahan, gulungan papirus mulai digantikan dengan lembaran kulit domba yang dilipat dan dilindungi kulit kayu yang disebut codex. Berangkat dari sinilah, lembaran baru sejarah buku mulai ditulis.
Dalam sejarah perkembangan buku, bentuk awal buku berjilid mulai terlihat saat bangsa Timur Tengah mulai menggunakan kulit domba sebagai media untuk menulis. Kulit domba ini disamak dan dibentangkan. Inilah yang disebut dengan perkamen atau kertas kulit.
Dibandingkan dengan papirus, perkamen lebih mudah dipotong. Perkamen juga lebih mudah dilipat-lipat. Di Cina dan Jepang, perubahan dari buku gulungan menjadi lipatan juga terjadi. Hanya saja, prosesnya lebih cepat dan sederhana, yakni dengan melipat layaknya kain gorden.
Perjalanan sejarah perkembangan buku seakan bergerak lebih cepat saat cikal bakal kertas modern ditemukan oleh Tsai Lun di Tiongkok tahun 200an SM. Kertas ini kemudian menyebar ke Korea dan Jepang. Pada abad ke-7, kertas mulai dikenal masyarakat Arab dan memasuki Eropa pada abad ke-12.
Semakin lama, masyarakat semakin familiar dengan kertas. Hingga pada akhirnya, penggunaan kertas menjadi semakin banyak sejak mesin cetak ditemukan oleh Guttenberg. Sejak saat itu, sejarah buku semakin bergerak maju seiring dengan banyaknya buku yang dicetak.
Perkembangan Mesin Cetak dalam Sejarah Buku
Sebelum ditemukan mesin cetak, buku termasuk barang mahal dan hanya dimiliki oleh segelintir orang. Buku dibuat secara manual dari lembaran-lembaran kertas yang disusun dan ditulis dengan tangan. Namun sejak ditemukan mesin cetak oleh Guttenberg, sejarah buku mulai berubah.
Dalam rentetan sejarah perkembangan buku, mesin cetak Guttenberg memiliki tempat yang istimewa. Mesin cetak Guttenberg merevolusi proses produksi kertas dan mendorong terciptanya sejarah buku yang baru.
Sejarah perkembangan buku semakin bergerak maju sejak ditemukannya cikal bakal mesin cetak modern oleh Guttenberg pada tahun 1439. Pada saat itu, mesin cetak dibuat dari bahan kayu. Akan tetapi, cetakannya sudah menggunakan campuran timbal, timah dan antimon. Inilah yang membuat buku yang dicetak dengan mesin buatan Guttenberg lebih berkualitas dibandingkan buku cetak lain di masa itu.
Berbeda dengan mesin cetak modern, mesin cetak Guttenberg bekerja dengan cara yang lebih sederhana. Proses cetak dilakukan dengan cetakan huruf-huruf yang terbuat dari logam. Huruf-huruf ini kemudian disusun sedemikian rupa hingga membentuk kata dan kalimat.
Kehadiran mesin cetak Guttenberg memberi dampak besar dalam perjalanan sejarah perkembangan buku. Berkat diciptakannya mesin cetak, menggandakan cetakan dalam jumlah besar jadi jauh lebih mudah dan lebih cepat. Setidaknya, prosesnya lebih cepat jika dibandingkan dengan menulis dengan tangan.
Sejarah buku seakan melompat semakin jauh sejak ditemukannya tinta berbasis minyak. Untuk mengatasi tinta yang mudah hilang, Guttenberg mengembangkan tinta berbasis minyak. Tinta ini dikenal lebih tahan lama jika dibandingkan dengan tinta berbasis air yang biasa digunakan di masa itu.
Teknik pencetakan ini bertahan cukup lama. Sejak pertama kali diciptakan pada abad ke-15, teknik mesin cetak Guttenberg masih terus digunakan hingga sekitar abad ke-20.
Pada tahun 1800an, mesin cetak kembali mengalami perkembangan dengan ditemukannya mesin cetak uap. Mesin ini cukup populer dan banyak digunakan di masanya. Pada saat itu, mesin cetak uap banyak digunakan pada percetakan surat kabar ataupun koran.
Pada tahun 1957, jenis mesin cetak yang lebih canggih ditemukan. Mesin tersebut adalah printer dot matriks. Printer ini dikeluarkan oleh IBM dan beberapa perusahaan teknologi lain. Sejak ditemukannya teknologi printer dot matriks, sejarah perkembangan buku pun seakan menemukan lembaran baru.
Setelah printer dot matriks, printer-printer lain dengan teknologi yang lebih canggih terus bermunculan. Sebut saja seperti mesin ink jet yang memulai tren pencetakan individu.
Saat ini, teknologi percetakan semakin maju. Meski demikian, masih ada beberapa teknik cetak masa lalu yang masih dipertahankan hingga kini. Salah satunya adalah cetak offset. Untuk mencetak dalam jumlah besar, mesin offset masih sering digunakan.
Selain mesin offset, mesin cetak digital juga ada. Mesin ini bekerja dengan teknologi digital. Karena kemudahan dan kualitas cetak yang tinggi, mesin cetak digital pun menjadi mesin yang lazim digunakan dalam bisnis percetakan.
Mesin Wajib Untuk Memulai Bisnis Percetakan
Melihat potensi bisnis percetakan yang masih sangat menguntungkan, mungkin Anda tertarik untuk ikut terlibat di dalamnya dan memulai bisnis percetakan sendiri. Namun untuk memulai bisnis percetakan, ada beberapa mesin yang harus dimiliki. Selain mesin cetak itu sendiri, Anda juga memerlukan beberapa mesin finishing untuk menunjang layanan yang akan diberikan nanti.
Beberapa mesin yang perlu dipersiapkan diantaranya adalah mesin potong kertas, mesin jilid, mesin laminating, mesin stapler hingga mesin hardcover. Menariknya, mesin-mesin tersebut kini bisa ditemukan di satu tempat. Jika Anda membutuhkan solusi percetakan, Anda bisa menemukannya di Maxipro.
Yuk langsung saja kunjungi dan belanja di website kami yaaa !!!